Ada yang bilang bahwa Jepang adalah negara yang tidak memiliki agama, apakah itu benar?Di sekolah kita diajarkan bahwa agama (mayoritas) orang Jepang adalah Shinto dan Budha. Informasi ini tidak salah. Hanya saja bisa menimbulkan salah paham kalau kita membayangkan agama itu dihayati dan dijalankan seperti di Indonesia.
Kalau ditanya soal agama orang Jepang modern cenderung mengaku tidak beragama (musyukyo). Mereka juga sering mengungkapkannya dengan cara lain. “Nihonjin wa syukyo ni mukanshin.” (Orang Jepang tidak punya minat pada agama.). Saya melihat orang Jepang tidak beragama dalam arti tidak terikat pada suatu agama tertentu (organized religion).
Di Jepang kita bisa menemukan banyak sekali tempat ibadah, yaitu kuil Budha (otera) dan kuil Shinto (jinja). Tapi kita tidak akan menemukan orang-orang yang secara berkala melakukan ritual ibadah di situ. Paling-paling mereka melakukan ritual secara insidental, misalnya saat tahun baru.
Lebih penting lagi, mereka tidak terikat untuk melulu melakukan ibadah menurut tata cara salah satu agama. Saat kelahiran anak orang Jepang membawanya ke jinja untuk upacara Omiya-mairi (お宮参り). Demikian pula saat anak berumur 3, 5, dan 7 tahun, ada ritual Shichigosan (七五三)yang dilakukan di jinja. (Sichigosan artinya tujuh lima tiga.) Tapi saat meninggal, upacara penguburan dilakukan dengan tata cara Budha di Otera.
Lebih menarik lagi, sekarang ada tren untuk menikah dengan tata cara Kristen. Di hotel-hotel tertentu tersedia kapel. Bukan untuk beribadah, tapi untuk upacara pernikahan. Yang menikah bukan orang yang beragama Kristen. Yang menikahkan juga bukan pendeta. Biasanya cuma orang bule yang bekerja paruh waktu sebagai tukang menikahkan. Saat Natal orang Jepang membeli dan makan Christmas cake, tapi mereka tidak ke gereja.
Tentu saja ada sebagian kecil orang Jepang yang menekuni agama secara serius. Namun secara umum bisa dikatakan bahwa orang Jepang itu tidak beragama. Perlu ditambahkan bahwa hari-hari libur nasional Jepang tidak ada yang merupakan hari libur keagamaan. Bahkan hari Natal sekalipun di Jepang bukan hari libur.
Bagaimana dengan Islam? Jumlah orang Islam cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Ini diiringi dengan meningkatnya jumlah mesjid. Beberapa kota besar seperti Tokyo, Kobe, Nagoya, dan Fukuoka sudah memiliki mesjid.
Orang Islam di Jepang umumnya adalah imigran dari negara-negara berpenduduk muslim, seperti Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Mesir, dan lain-lain. Sebagian datang sebagai mahasiswa, kemudian bekerja. Juga ada yang datang sebagai pekerja maupun pengusaha. Beberapa dari mereka menikah dengan orang Jepang, dan pasangannya ini masuk Islam. Juga ada beberapa orang Jepang yang masuk Islam atas kemauan sendiri. Tapi jumlahnya tidak banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar